TAFSIR ERA NABI DAN SAHABAT
Oleh: Zainul Fata
A.
Pemahamn Nabi
Dan Sahabat Atas Al-Qur’an
Al-Qur’an
adalah firmana Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. dengan
menggunakan bahsa arab, sebagaimana firman Allah SWT. “dia
dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam
hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” Asy-Syu’ara
(26): 193-195. Namun, tidak semua ayat-ayat al-Qur’an dapat dipahami secara
keseluruhan orang arab termasuk para sahabat nabi. Sebab dalam memahami
al-Qur’an tidak hanya semata-mata memahami bahasanya saja, akan tetapi
memerlukan keahlian khusus dalam cara bernalar.
Berbeda halnya dengan Nabi Muhammad, beliau
sudah dijamin oleh Allah untuk memahami isi dan nilai-nilai al-Qur’an baik
secara global maupun secara spesifik. Ini terbukti dengan turunnya firman Allah
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka
ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
penjelasannya.” Al-Qiyamah (): 17-19. Sedangkan para sahabat memiliki
tingkatan tertentu dalam memahami al-Qur’an. Dalam artian, sebuah ayat yang
dapat dipahami oleh sebagian sahabat belum tuntu dapat dipahami oleh sebagioan
sahabat yang lain. Hal ini tergantung oleh tingkatan kejeniusan berfikir
masing-masing orang.
Oleh karena itu, untuk menunjang pemahan
sahabat terhadap ayat-ayat yang turun, nabi SAW. beliau biasanya mebacakan
al-Qur’an sekaligus menjelaskan kepada
para sahabat menyangkut ayat-ayat yang musykil (sulit dipahami maksudnya).
Penjelasan nabi tersebut besifat ijmali (global) dan di sampaikan secara oral
mengingat peradaban orang arab pada saat iniu masih mengandalkan ingatan bukan
dalam bentuk tulisan.meskipun nabi telah terlibabt dalam menafsirkan al-Qur’an,
namun tidak semua ayat ditafsirkan oleh beliau. Penafsiran al-Qur’an seringkali
dilakukan oleh beliau ketika menyangkut ayat yang dianggap musykil (susah
dipahami) oleh padre sahabat. Contoh tentang makna ayat QQ. Al-Baqarah (2):
187. Pada ssat itu seorang sahabat bernama ‘Adi bin Hatim yang memahami ayat:
وكلوا واشربوا حتى يتبين لكم الخيط الأبيض من الخيط
الأسود من الفجر
Artinya: “….. dan makan minumlah kalian hingga
terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Dlam ayat terdapat kata-kata majas (metafora),
yaitu kata al-khaith al-abyadl (benag putih) dan al-khaith al-aswad (benang
hitam). Namun tenyata dia (‘Adi bin hatim) memahami dengan apa adanya. Hingga
kemudian dia mengambil benang putih dan benang hitam. Pada malam harinya benng
itu diperhatiakan terus menerus, namun tetap tidak jelas perbedaannnya, mana
yang berwarna putih dan mana yang berwarna hitam. Kemudian, esok harinya ia
bertanya kepada rasultentang maksud kata tersebut, dan beliau menjelaskan makssudnya
benang putih adalah putihnya siang dengan datangnya waktu fajar. Sedangkan yang
dimakasud dengan benang hitam adalah datangnya hitam atau gelapnya malam.
B.
Metode
Pemahaman Nabi Dan Sahabat
Metode
merupakan suatu konsep yang dapat menentukan bagimana hasil dari sebuah
ketetapan. Ketika seseorang berbeda dalam menggunakan metode istimbat maka akan
dapat dipastikan hasilnya akan berbeda. Metode juga sangat penting untuk
memahami secara menetail atas hasil ketetapan. Oleh karena itu, maka mengetahui
metode para sahabat adalah hal pokok bagi seorang yang sedabng belajar ilmu
al-Qur’an.
Ada
dua metode yang digunakan sahabat nabi dalam memahami al-Qur’an:
1.
Metode periwayatan.
Tradisi
penafsiran orang arab bersifat ora orang dengan menggunakan metode periwayatan. Dengan demikian maka hasil pengajaran tafsir
dari nabi itulah yang di transmisikan
kepada generasi berikutnya. Terbuk dengan banyaknya hadis yang
meruupakan penjelasan terhadap beberapa hadis yang musykil yang dudlu
ditanyakan kepada sahabat nabi. Contoh:
إن الذين
آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولى
Artinya
: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” Al-An’am (6): 82.
Diriwayatkan
dari Ibn masud bahawa ketika itu para sahabat meresa berat mendengar turunnya
ayat tersebut. Mereka lalu berkata”siapa di antra kami yang tiak mendzalimi
dirinya?” Nabi saw lalu berkata, “bukan kedzaliman seperti itu yang dimakasud ,
tapi kedzaliman dalam arti berbuat syirik (menyekutuukan Allah). Tidakkah
kalian mendengar pernyataan hamab salih (Luqman al-Hakim)yang direkan dalam
al-Qur’an, “sesunggahnya syuirik adalah kedzaliman yang besar.
2.
Menafsirkan
al-Qur’an dengan al-Qur’an
Jika
tidak diteuka dengan metode riwayat maka para sahabat menafsirkan al-Qur’an
dengan ayat lain yang mempunyai relevansi yang sama, sebab sl-Qur’an ayatnya
dap menjadi tafsir atas ayat-ayat yang lain. Adegium seperti itu yang yang melahirkan
tafsir maudlu’I (tematik).
C.
Sumber-Sumber
Penafsiran Nabi dan Sahabat
Sumber-sumber
penafsiran pada era sahabat adalah sebagai berikut:
1.
Al-Qur’an
Sumber
utama penafsran mereka adalah al-Qur’an, yakni pernyataan ayat al-Qur’anyang
mempunyai relevansi dengan pernyataan ayat lain yang sdeng di bahas atau di
tafsirkan.
2.
Nabi Muhammad
saw atau Al-Hadis
Hadis
yang dijadikan sumber penafsiran al-Qur’an oleh para sahabat, karena banyak
hadis nerupakan penjelansan terhadap ayat-ayat yang musykil.
3.
Vareasi bacaan
Sumberpenafsiran
di zaman sahibt selain al-Qur’an dan
ahadis adalah qira’ah (vareasi bacaan).
4.
Pendapat para
sahabat
Jika
para sahabat tidak mendapatkan informasi dari ayat al-Qur’an dari rasulullah,
maka mereka melakukan ijtihad dengan mengerahkan segala kemampuan nalarnya.
5.
Kisah israliyat
Para
sahabat suka mencari perincian mengenai hal-hal yang diceritakan secara global
dalam al-Qur’an. Mereka kemudian mengambil riwayat-riwayat dari para ahli kitab
yang telah masuk islam. Seperti Wahb bin Mutanabbih.
6.
Sayair-syair
jahili
Sair
jahili biasanya di gunakan untuk menafsirkan dari segi semantic,
terutama-kata-kata yang sulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar