SABAR DALAM AL-QUR'AN
(Suatu Kajian Tematik Term)
(Suatu Kajian Tematik Term)
A.
Definisi Sabar
Sabar merupakan
kata bahasa arab yaitu as-Shabru. Kata tersebut adalah masdar
dari fi’il madhi, yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan
kata “sabar” dan “tabah hati”[1],
sedangkan dalam bahasa inggris disetarakan dengan kata endurance[2]
(daya tahan atau ketahanan). Ibn Faris menyebutkan dalam mu’jamnya tentang kata
sabar memiliki tiga makna yaitu, pertama, al-habs (memenjarakan
atau menahan) misalnya perkataan orang arab shabartu nafsī alā dzālika
al-amri (aku memenjarakan atau menahan nafsuku atas perkara itu). Kedua,
a’ālā asy-Syai’a (meninggikan atau mengangkat sesuatu) misalnya ungkapan
orang arab shubr kulli syai’ a’lāhu (tepinya sesuatu itu paling
tingginya) atau mala-a al-Ka’sa ila ashbārihā (mengisi air kedalam gelas
hingga penuh/sampai tepinya di bagian atas), dan ketiga, jins min
al-hijārah (suatu jenis dari batu) yaitu ma isytadda wa ghalutha
(seuatu yang keras dan kuat).[3]
Sabar secara
etimologi adalah habs an-nafs ‘ala ma yukrahu (menahan nafsu dari
hal-hal yang tidak di sukai) dengan asumsi sesuatu yang tida disukai itu
merupakan hal yang dirdhai oleh Allah SWT serta akan membawa kepada keselamatan.[4]
Muhammad Abduh, sebagaimana yang ditulis oleh Rasyid Ridha dalam al-Manar juga
mengungkapkan pendapat para mufassir demikian, sebab pada hakikatnya sabar
merupakan hasil pencapaian dari mengingat janji-janji balasan kebaikan (al-jazā’
al-hasan) dari Allah dan optimis atas tercapainya hasil (janji Allah)
tersebut.[5]
Sedangkan sebagaimana yang dikutip oleh Sa’id al-Qahthani ia menyebutkan
tentang hakikat sabar adalah akhlak yang utama dari seseorang yang mencegah
dirinya untuk melakukan perbuatan yang tidak baik dan tidak bagus.[6]
Dari beberapa
pernyataan di atas menjelaskan bahwa sabar merupakan suatu kontrol sifat dan
sikap seseorang dalam menghadapi suatu perkara apapun baik dzahir maupun batin,
untuk mendapatkan hasil yang baik dan diridhai oleh Allah, dengan adanya rasa
optimis bahwa apapun yang ia hadapi merupakan qudrah dan iradah Allah
yang terbaik untuk dirinya serta suatu saat dirinya pasti akan mendapatkan
balasan yang terbaik dari Allah.
B.
Sabar Menurut Al-Qu’an
1.
Jumlah kata ash-Shabr dalam
al-Qur’an
Kata ash-Shabr
dalam al-Qur’an ditemukan sangat banyak sekali dan hadir dengan berbagai macam shighat.
Jika kata tersebut dikalisifkasikan berdasarkan shighatnya dapat dibagi menjadi
delapan bagian, yaitu, pertama, shighat fi’il madli mujarrad
(shabara) disebutkan sebanyak 21 kali. Kedua, shighat fi’il madhi
mazid dengan wazan ‘if’al (ashbara) disebutkan satu kali. Ketiga,
shighat mudhari’ mjarrad (yashbiru, tashbiru, nashbiru) sebanyak
dua belas kali. Keempat, shigat amar mujarrat (ishbir)
sebnyak 25 kali. Kelima, shighat amar mazid dengan wazan “ifti’al”
(ishthabir) sebanyak tiga kali. Keenam, shighat mashdar mujarrad
(shabr) sebanyak lima belas kali. Ketujuh, shighat isim fa’il
mujarrad (shabir) sebanyak 21 kali. Kedelapan, shigat isim
mubalaghah sebnyak (shabbar) empat kali. Sehingga keseluruhan jumlah
kata tesebut adalah sebnyak 102 pengulangan kata.[7]
2.
Variasi makna ash-Sabr dalam
al-Qu’an[8]
a.
Al-Ishrar (ketetapan
hati), seperti dalam firman Allah dalam surat Shad ayat 6: وانطلق الملأ منهم أن امشوا واصبروا على آلهتكم إن هذا لشيء يراد
(dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraa berkata): “pergilah kamu dan tetaplah
(tuhan-tuhanmu), sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang diehendaki)[9].
b.
Ash-Shaum (puasa),
yaitu seperti pendapat sebagian ulama’ pada surat al-Baqarah ayat 45: واستعينوا بالصبر والصلاة وإنها لكبيرة إلا على
الخاشعين (dan meminta tolonglah kalian semua dengan sabar dan shalat.....)[10].
sebagian ulama memaknai sabar pada ayat tersebut dengan shaum (puasa)[11].
c.
Al-Jur’ah (keberanian,
keteguhan, kekuatan), sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 175:
أولئـك الذين اشتروا الضلالة والعذاب بالمغفرة فما أصبرهم
على النار (mereka itulah orang-orang yang yang membeli kesesatan
dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka
menentang api neraka).[12]
d.
Ar-Ridla (kerelaan),
misalanya firman Allah dalam surat ath-Thur ayat 48: واصبر لحكم ربك فإنك بإعيننا وسبح
بحمد ربك حين تقوم (dan bersabarlah dalam menunggu
ketetapan tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami, dan
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bagun berdiri).[13]
Mengenai ungkapan shabar pada ayat tersebut sebagian ulama memaknai kata “Ishbir”
dengan “Ridha”, artinya “ridhalah kamu terhadap ketetapan tuhanmu”.
e.
Al-Shabr (sabar) itu
sendiri. Contoh firman Allah dalam surat Shad ayat 44: وخذ بيدك ضغثا فاضرب به ولا تحنث، إن وجدناه صابرا، نعم العبد إنه
أواب (dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput) maka pukullah
dengan itu (istrimu) dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya kami
didapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba.
Seesungguhnya dia mata ta’at (terhada tuhannya)).[14]
3.
Unsur-unsur sabar
Sabar
merupakan akhlak yang paling mulya, namun demikian,akhlak tersebut bukan hal
yang mudah untuk dilakukan. Seringkali sikap bertahan dalam menghadapi masalah
dianggap sifat sabar, padahal bertahan bukan berarti orang tersebut disebut
sabar, sebab sabar tidak membuat orang diam saja dan vakum. Ketika suatu waktu
si A dicaci maki oleh si B, sekali dua kali ia masih bisa bertahan menghadapi
cacian atau kritikan yang menimpanya, namun dalam beberapa waktu yang lama ia
tidak mampu menahan amarah yang ia menghadapi. Sehingga sampailah waktunya
untuk menumpahkan seluruh amarah-amarah yang terpendam dan tertahan dengan
sepuas-puasnya tapa sedikitpun ia dapat mengontrol. Dari contoh ini dapat
dilihat, sifat dan sikap bertahan yang ia lakukan sebelumnya bukanlah dari
sifat sabar, ia hanya merupakan suatu sikap bertahan untuk menunggu waktu yang
tepat dalam rangka menumpahkan hasrat amarah tersebut.
Sabar akan
membetuk sihfat yang semangat dan tenang. Orang yang sabar akan mengahdapi
masalah dengan senyuman penuh semangat. Karena bagaimanapun, sabar adalah
senjata begi seseorang dalam mengarungi kehidupannya. Oleh karena itu,
menerapkan rasa sabar paling tidak seseorang harus mengetahui apa unsur-unsur
sabar yang harus dipenuhi oleh seseorang, sehingga akan dimengerti bahawa sabar
memang tidak ada batasnya. Adapun unsur-unsur tersbut adalah:
Pertama, jika
mengingat kembali terminologi kata as-Shabru ---sebagaiman yang telah
diungkapkan di atas--- maka jelas sabar memiliki unsur sebuah kekuatan untuk
bertahan (al-Habs). Dengan demikian maka, pertama kali yang harus
dilakukan adalah mencoba untuh bertahan atsa apa yang akan ia lakukan. akan
tetapi makna al-habs bukan hanya sebatas bertahan, karena selain itu
harus juga memenjarakan hasrat tersebut. Kata “memenjarakan” di sini adalah
suatu perbuatan dengan tujuan agar dirinya sadar, sebab “penjara” bukan
semata-mata bertahan dari melakukan sesuatu, tetapi ketika ia melapaskan tali
penjaranya tidak akan mencoba untuk bersikap brutal.
Kedua, optimis
terhadap janji balasan kebaikan dari tuhan.[15]
Unsur yang kedua inilah yang membedakan antara sikap bertahan dengan sabar, dan
di sini juga akan membuktikan bahwa sabar tidak ada batasnya. Seperti halnya
yang dikatakan oleh Quraish Shihan ketika mengisi pengajian tafsir pada bulan
ramadhan di METRO TV, ia menyatakan, orang yang marah pun bisa bersikap sabar.
Misalnya yang beliau contohkan ketika menjelaskan tafsir surat al-‘Ashr, pada
saat seorang ayah marah kepada anaknya, maka pada waktu itu dia boleh memarahi
anaknya tersbut, bahkan juga boleh memukulnya. Pada saat ia memarahinya, cara
apaun yang akan ia lakukan diperbolehkan, dan itu tetap dapat dikategorikan
sebagai perbuatan sabar, dengan tanda petik, apapun yang akan ia lakukan harus
disesuaikan dengan perbuatan jelek yang dilakukan oleh sang anak dan tidak
diperbolehkan melebi kepantasan itu serta tidak diperbolehkan menyakiti. Jika
dengan perbuatan jelek sang anak berada pada tingkatan ringan maka tidak
diperbolehkan dimarahi melebhi tingkat kesalahan tersebut.
Hal ini sesuai
dengan yang di jelaskan dalam surat an-Nisa’ ayat 34 mengenai memukul istri
yang melakukan nusyuz. Ulama menjelaskan tentang kebolehan memukul istri
yang nusyuz berdasarkan ayat tersebut, akan tetapi tidak sampai
menyakiti istrinya serta tidak memukul area-area yang berbahaya seperti wajah
dan lain sebagainya. Apabila sang istri tetap melakukan nusyuz, maka lebih baik
ia menceraikan tanpa menyakiti fisik maupun psikisnya. Dengan demikian, sabar
dalam konteks ini adalah suatu sikap kontrol diri atas masalah yang dihadapi.
4.
Hikmah-hikmah sabar
Berkenaan dengan
hikmah hikmah sabar akan banyak sekali ayat-ayat yang menerakan mengenai hal
tersebut. Diantara hikamah bersikap sabara yaitu:
a.
Sikap sabar akan menolong empunya
dalam mengahdapi masalah apapun. Hal ini sebagaimana surat al-Baqarah ayat 45 :
“meminta tolonglah kalian dengan cara bersabar dan shalat”, dan surat al-Baqarah
ayat 153: “wahai orang-orang yang beriman, meminta tolonglah kalian semua
dengan sabar dan shalat....”. Pada ayat ini kata sabar di sandingkan dengan
kata shalat, hal ini dapat mengindikasikan dalam hal meminta tolong tidak hanya
sekedar sabar saja, tetapi ia juga harus melakukan ibadah mahdhah
(shalat), sebab salat akan mencegah seseorang dari pebuatan keji dan mungkar,
sebagaiman dalam surat al-‘Ankabut ayat 45. Artinya, dengan sikap sabar yang
dilakukan serta shalat yang ia dirikan, secara otomatis akan mendapatkan dua
keuntungan, yaitu keutungan dari sabar ia dapat bertahan dan optimis, dan
dengan shalatnya akan mempermudalah dalam mengontrol diri dari perbuatan
fakhsya’ dan mungkar. Dengan demikinan, masalah apapun akan dapat ia hadapi
dengan mudah, karana pada saat itu sesorang akan merasakan hati yang tenang dan
pikiran yang jernih dalam memcahkan masalah yang dihadapi.
b.
Sabar akan dapat menjauhkan
seseorang dari perbuatan dhzalim, jahat, aniaya, dan lain sebagainya dari
berbagai perbuatan yang tidak suakai. Hal seperti ini diterangkan oleh Allah
dalam surat Alu ‘Imran ayat 120: “.... jika kamu bersabar dan bertaqwa,
niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak akan mendatangkan kemudharatan
kepadamu...”. Pada ayat ini, sabar dindingkan dengan sikap takwa, hal ini
dapat mengindikasikan agar seseorang dapat menghidarkan dirinya dari perbuatan
yang tidak ia sukai seharusnya ia bersikap sabar dan diberengi dengan takwa
kepada Allah. Dengan takwanya itu maka ia akan senantia mendapatkan perlidungan
dari Allah, sebab dalam lanjutan ayat tersebut Allah SWT menyebutkan “sesungguhnya
Allah mengetahu segala apa yang akan mereka kerjakan”.
c.
Sabar akan mempermudah segala
kesulitan, menjadikan mungkin sesutu yang tampak tidak mungkin, seperti yang
diterangkan dalam surat al-Baqarah ayat 149: “berapa bapak golongan yang
sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-rang yang sabar”. Dalam ayat ini Allah menceritakan tentang
kekalahan tentara jalut atas tentara thalut disebabkan kesabaran dari tentara thalut.
C.
Kontekstualisai
Sabar
Sabar
merupakan akhlak mulya yang harus diamalkan dalam setiap harinya, oleh karena
itu, dalam melaksanakan sifat sabar minimal harus juga mengetahu posisi sabar
saatnya. Adapun posisi posisi sabar dalam setiap saatnya adalah:[16]
1.
Sabar dalam posis perkara ta’at
kepada Allah, misalnya melakukan shalat wajib, puasa ramadhan dan lain
sebagainya. Sebab sabar pada posisi ini lebih sulit dari pada sabar menghadapi
musibah.
2.
Sabar dalam posisi meninggalkan
hal-hal yang dilarang, seperti berzina, mencuri, berbohong dan lain sebagainya.
3.
Sabar dalam menhadapi takdir Allah.
Sabar dalam pada bagian ini banyak dikenal oleh masyarakat, bahkan siringkali
sabar diidentingkan dengan masalah-masalah takdir Allah yang sudah ditetapkan
untuk para hambanya, misalnya musibah yang menimpa seseorang, dan lain
sebaginya.
[6] Sa’id ibn ‘Ali al-Qahthani, Anwa’
ash-Shabr: Mafhumuhu wa Ahmiyatuhi wa Thuruquhu wa Thashil fi Dhau’ al-Kitab wa
as-Sunnah (Fakis: Mathba’ah Shafir, 1422), hal. 2
[7] Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi, al-Mu’jam
al-Mufahras li alfadhzi al-Qur’an (Cairo: Dar al-Kutub al-Mishriyah, 1364 H),
hal. 400-401
[8] Husain Muhammad ad-Damaghani, Qamus
al-Qur’an: Ishlah al-Wajuh wa an-Nadzhair fi al-Qur’an al-Karim (Bairut:
Dar al-‘Ilm al-Malayin, 1983), cet. IV, hal. 173
[11] Sa’id ibn ‘Ali al-Qahthani, Anwa’
ash-Shabr: Mafhumuhu wa Ahmiyatuhi wa Thuruquhu wa Thashil fi Dhau’ al-Kitab wa
as-Sunnah,
[16] Sa’id ibn ‘Ali al-Qahthani, Anwa’
ash-Shabr: Mafhumuhu wa Ahmiyatuhi wa Thuruquhu wa Thashil fi Dhau’ al-Kitab wa
as-Sunnah, hal, 13
Perlu ketelitian dalam menulis dari segi EYD serta rangkaian kata dan kalimatnya,,,,,
BalasHapusArtikel kamu bagus gan! aku selalu menunggu artikel kamu.. Seperti artikel berjudul Tafsir Mimpi Suara
BalasHapusterimakasih artikel nya sangat bagus dan sangat membantu memahami konsep sabar, izin citasi
BalasHapus